Penulis | Koes Pratomo Wongsoyudo
Penerbit | Bentang Pustaka
Tahun terbit | 2012
Halaman | 204
ISBN | 9786028811798
"Apa saya gila?
Pertanyaan itu kerap terlontar dari mulut Tom, suaminya. Tidak. Donna menggelengkan kepalanya, menyangkal kuat-kuat. Namun, Donna tak pula abai. Sesuatu terkadang mengusik keingintahuannya. Sikap Tom aneh dan membuat siapa pun kehabisan akal menghadapinya.
Padahal, selama ini Donna sangat yakin, dia beruntung menikahi Tom. Pria itu tak pernah menuntutnya macam-macam. Tak sekalipun Tom mempersoalkan ketidakmampuan Donna memberikan keturunan. Tom menerima kehadiran Donna seutuhnya. Namun, sekarang, hari-hari Donna sedikit terguncang. Kemungkinan telah menikahi pria dengan masalah kejiwaan tak pernah terbayangkan sebelumnya.
Inilah ujian bagi perkawinan mereka. Dan, cinta tak pernah kehilangan cara untuk mengujinya. Mantan kekasih Donna kembali datang menggoda. Puncaknya, kerabat Tom mendadak menawarkan seorang wanita untuk dijadikan istri kedua yang bisa memberikan keturunan. Donna dilanda bimbang. Seandainya dia memiliki hati yang cukup besar untuk mencintai …
Koes Pratomo Wongsoyudo, lahir 1 Februari 1938, adalah seorang pejuang. Semasa jadi pelajar berjuang untuk meraih pendidikan dalam keterbatasan dan ketika mendapatkan beasiswa untuk kuliah ke Tokyo Denki University di Tokyo, Jepang, beliau berjuang membela Tanah Airnya ketika mahasiswa Jepang demonstrasi dan membakar foto Bung Karno. Pulang dari Jepang, Koes Pratomo Wongsoyudo bersama 6 rekannya berjuang mendirikan organisasi karate pertama di Indonesia INKAI sekaligus membawa olahraga bela diri Karate pertama kali masuk ke Indonesia
Ayah dari Tyas Handayani, Pandji Pragiwaksono dan Handriya Yogaswara mengisi hari tuanya menjadi seorang penulis yang berjuang untuk bisa menerbitkan karyanya.
Setelah almarhum meninggal dunia pada tanggal 2 Maret 2012 perjuangannya tersebut diteruskan kepada anak-anaknya. Maka, terbitlah buku pertama beliau, "Alexitimia" "
Buku ini mengisahkan tentang Pratomo yang menderita alexitimia. Pratomo memiliki seorang istri yang bernama Dona. Kisah pernikahan mereka dipenuhi dengan konflik yang berkepanjangan, tetapi sejauh itu mereka tetap bisa melewati masalah-masalah yang mereka hadapi. Tetapi endingnya menurut saya kurang greget, karena memang sudut pandang yang dipakai adalah sudut pandang Dona dalam menceritakan kisah ini. Padahal saya lebih tertarik dengan kisah Pratomonya sendiri.
Walau memang ceritanya sedikit datar, tetapi buku ini banyak membantu saya untuk memahami apa itu alexitimia dan bagaimana kehidupan sehari-hari orang yang menderita gangguan ini. Jujur, saya sendiri baru tahu tentang gangguan ini pertama kali ya karena membaca buku ini. Saya juga suka warna covernya.
Buat kamu yang butuh referensi tentang gangguan alexitimia, buku yang satu ini cocok untuk menambah koleksi kalian.
Selamat membaca :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar