Selasa, 29 Oktober 2013

Saga no Gabai Bachan by Yoshichi Shimada




Penulis | Yoshichi Shimada
Penerjemah | Indah S. Pratidina
Penerbit | Kansha Book
Tahun terbit | 2011
Halaman | 264
ISBN |  9786029719628

"Akihiro yang kehilangan ayahnya setelah Hiroshima dibom, terpaksa berpisah dari ibu untuk tinggal bersama neneknya di Saga. Meskipun keluarganya hidup prihatin, namun kehidupan di Saga satu peringkat lebih miskin. Tetapi sang nenek selalu punya ratusan akal untuk meneruskan kehidupan dan membesarkan cucunya.


Dengan ide-ide cemerlang sang nenek, kehidupan selalu mereka jalani penuh tawa. Sulit memang, tapi menarik dan mengasyikkan. Namun waktu terus berjalan dan tibalah hari ketika Akihiro harus mengambil keputusan. Dia harus memilih antara Nenek dan Saga yang dia cintai atau mengejar mimpi-mimpinya.



Diterjemahkan langsung dari Bahasa Jepang oleh Indah S. Pratidina, buku ini akan membuat kita tersenyum, terenyuh, dan mungkin berpikir ulang tentang nilai-nilai kesederhanaan. "



Ceritanya bersetting pada masa pasca Perang Dunia Kedua, lebih tepatnya pasca meledaknya bom Hiroshima. Buku ini bercerita tentang kisah penulis buku ini sendiri, Akhiro. Akihiro memang tinggal di kota Hiroshima bersama ayah, ibu dan kakak-kakaknya. Tetapi ayah Akihiro meninggal karena terkena radiasi bom Hiroshima.  Karena kesulitan ekonomi dan ibunya harus bekerja di pub, maka ibunya mengirimkan Akihiro kepada neneknya secara diam-diam.

Akihiro dikirim ke kota Saga tempat neneknya, nenek Osano tinggal. Nenek Osano sendiri sebenarnya hanya bekerja sebagai pembersih sekolah di sana dan hidup serba kekurangan. Walau hidup dengan serba kekurangan, nenek Osano tidak pernah merasa kurang, melainkan selalu merasa cukup. 

Awalnya Akihiro sangat kaget ketika datang ke Saga, karena oleh nenek Osano membiasakan Akihiro untuk melakukan semua pekerjaan sendiri, mulai memasak sampai bersih-bersih. Tetapi dari situlah nenek Osano mengajarkan arti kehidupan kepada Akihiro. Nenek Osano juga selalu mengajarkan kepada Akihiro untuk selalu berpikir positif, mencintai lingkungan, belajar hidup hemat dan selalu optimis.

Paling seneng sama prinsip nenek Osano, walau hidup sederhana tetapi nenek Osano selalu mengajarkan Akihiro untuk memilih ceria daripada menjadi muram. Nenek Osano selalu merasa kebahagiaan itu bukan ditentukan oleh uang, melainkan dari hati. 

Dari buku ini kita ditegur untuk tidak mubajir dan selalu bersyukur dengan apa yang kita miliki. Ini terlihat dari kebiasaan nenek Osano yang memanfaatkan ranting dan sisa sayuran dari pasar yang dibuang ke sungai yang kemudian  mengalir di depan rumah mereka. Nenek Osano juga selalu berjalan sambil membawa magnet yang diikatkan pada tali yang dapat ditariknya, sehingga dapat mengumpulkan logam-logam yang jika setelah dikumpul banyak bisa dijualnya. Nenek Osano selalu memperhatikan sesuatu yang kadang kita anggap sepele tetapi padahal bisa kita manfaatkan,

Karena  ini merupakan buku terjemahan, ada beberapa kata yang kadang-kadang agak sulit dimengerti. Tapi terkadang juga disisipi candaan ringan dari nenek Osano. Beruntung saya mendapat kesempatan membaca buku ini. Nggak rugi pokoknya. Banyak sekali nilai-nilai moral yang bisa diserap dari buku ini.


Mari membaca :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar